UnsurIntrinsik cerpen „„Bangkit‟‟ 1.Tema: Jangan mudah putus asa / kehidupan 2.Latar: -Waktu : Malam hari Bukti : Cahaya bulan malam ini begitu indahnya. -Tempat : di pinggir jalan dan di atas jembatan Bukti : „Aku termenung di pinggir jalan, memegang kepalaku yang sakit.
- Resensi Buku Asma Nadia "Cinta Tak Pernah Menari", Kumpulan Cerpen Remaja "Cinta Tak Pernah Menari" karya Asma Nadia, hadiah dari sohib kental saya Irvan Muzaki Asma Nadia, penulis bernama asli Asmarani Rosalba ini, kita mengenalnya sebagai salah satu penulis perempuan paling produktif saat ini. Karya-karyanya berupa cerpen, novel, maupun skenario sinetron/film telah banyak kita jumpai. Pada kesempatan kali ini, kita hadirkan sedikit ulasan/resensi buku kumpulan cerpen yang sarat dengan nuansa kehidupan remaja berjudul "Cinta Tak Pernah Menari". Buku ini memuat sepuluh cerita karya Asma Nadia. Kesepuluh cerita ini mencoba memotret realitas kehidupan para remaja yang sering kita jumpai, bahkan sangat dekat berada di sekitar kita, atau jangan-jangan sadar atau tidak juga kita alami pada masa-masa remaja kita. Di sinilah kejelian, kepekaan, dan kreativitas Asma Nadia dalam meramu cerpen dari sesuatu yang mungkin di mata kita terlalu sepele untuk diceritakan/diangkat ke dalam sebuah cerpen. Namun begitulah, seperti pada cerita pertama, "Telepon Pinky", bagi saya cerita ini sangatlah sederhana. Berkisah tentang seorang gadis remaja bernama Inne yang tiba-tiba saja teringat kepada seorang pemuda yang dikenalnya pada masa lalu. Romantisme, kenangan, tiba-tiba saja muncul dalam benak dan batin Inne pada seorang pemuda Jawa dari Jogjakarta yang pada pertemuan pertama mereka telah sukses memberikan kesan mendalam kepada Inne. Padahal saat itu Inne masih duduk di bangku SMP, dan kini Inne telah duduk di bangku kuliah. Apa masalah yang selanjutnya muncul pada cerita ini? Yaitu, barangkali rasa rindu Inne kepada pemuda Jogja bernama Anindra Wisnu itu yang telah memuncak, dan membuat Inne begitu ingin menghubunginya kembali setelah sekian lama tidak bertemu, meski mereka sempat sangat akrab. Biasa sekali. Yang saya catat dari buku ini adalah kecenderungan Asma Nadia meletakkan kejutan, surprise di akhir cerita. Oleh sebab itu, kadang kita harus bersabar membacanya sampai kepada paragraf terakhir. Untungnya, gaya bercerita Asma Nadia dalam buku ini terasa begitu mengalir, lugas, dan tanpa "nyaris" tak basa-basi. Ceplas-ceplos, dan "cas-cis-cus" kata Jujur Prananto dalam endorsmen-nya untuk buku ini. Hal ini mungkin karena memang buku ini secara lebih khusus diperuntukkan bagi para pembaca remaja. Secara keseluruhan, bagi saya, buku ini cukup menarik. Jikalau saya berkesempatan memilih satu judul cerpen yang menjadi favorit saya dalam buku ini, saya memilih cerita berjudul "Jendela Rara". Cerpen ini dengan begitu detail memotret realitas menyesakkan orang-orang pinggiran di kota besar dengan kehidupan mereka semakin terhimpit. Berkisah tentang keinginan seorang gadis kecil bernama Rara yang menginginkan memiliki jendela di rumahnya, cerpen ini terasa mengusik hati saya, membayankan keinginan seorang gadis kecil yang betapa sederhananya! Betapa sederhana, namun juga betapa sulit untuk diwujudkan. Ngomong-ngomong cerita ini kemudian diangkat ke layar lebar dengan judul film "Rumah Tanpa Jendela". Buku ini meraih penghargaan Anugrah Pena 2005 untuk Kategori Kumpulan Cerpen Remaja Terpuji Forum Lingkar Pena. Beberapa pujian terhadap buku ini "Tidak banyak penulis cerita pendek Indonesia yang memiliki kesegaran dan kelincahan dalam bercerita. Di dalam buku ini, Asma Nadia mencoba menjembatani antara keterampilan bercerita yang ia kuasai dan tuntutan isi yang mutlak dibutuhkan dalam karya sastra. Beragam tema ia kendalikan dengan baik dari hal yang rumit, sampai persoalan yang sangat sepele. Asma Nadia seolah-olah hendak membuktikan bahwa sesuatu yang "berat bisa dikemas menjadi sangat sederhana. Tentu saja itu tidak gampang." [Joni Ariadinata-cerpenis, redaktur Jurnal Cerpen Indonesia] "Membaca cerpen-cerpen Asma Nadia, ternyata realisme belum mati. Bagi remaja, cerita-cerita keseharian dengan realitas di kelas sosial pinggiran, sangat penting untuk mengasah nurani. Maka bacalah dan hati kita akan terus terjada untuk tetap mengasihi sesama." [Gola Gong-novelis dan pengelola Pustakaloka Rumah Dunia] "Setting 'dunia terpinggirkan' senantiasa menarik bagi para penulis cerpen, termasuk Asma Nadia. Tapi dia ternyata juga fasih ketika bercerita tentang kalangan yang sama sekali berbeda, yaitu kalangan 'atas' yang terkesan identik dengan hedonisme. Gaya penulisannya pun variatif, dari pendekatan 'dramatik emosional' yang cenderung serius, sampa ke cas-cis-cus gaya remaja yang segar. Di antara sepuluh cerpen dalam kumpulan ini, yang paling menarik bagi saya ialah 'Ibu Pergi Sebulan', yang ternyata justru terbebas dari gaya-gayaan tadi, tapi kuat dalam keunikan gagasannya. [Jujur Prananto-penulis cerpen dan skenario] "Buat anak-anak muda yang baca buku ini, 'Im telling you, you are reading the right book!' Pokoknya baca sampai habis, you'll be inspired, and grateful, plus lebih berani untuk mikir dan tampil beda. Lebih maju!" [Dewi Hughes, Identitas Buku Judul Buku Cinta Tak Pernah Menari Penulis Asma Nadia Editor Indah S. Pratidina Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Tahun 2006 Cetakan Ketiga Tebal Buku 152 Halaman Isi Buku 1. Telepon Pinky 2. Jendela Rara 3. Cinta yang Terlalu Indah 4. Sepuluh Juta Rupiah 5. Jhoni the Boss 6. Air Mata Bireuen 7. Ibu Pergi Sebulan 8. Lepas Rasa 9. Koran 10. Jejak Surga
Sambilmenanti kehadiran buah hati, pastinya Anda melakukan persiapan jauh-jauh hari. Termasuk soal nama. Nama bayi perempuan modern ini bisa menjadi pilihan untuk disematkan pada putri kecil Anda.. Berikut adalah 520 nama bayi perempuan modern pilihan redaksi theAsianparent Indonesia. Semoga menginspirasi, Parents! 520 Nama Bayi Perempuan dari Huruf A sampai Z Beserta Artinya
100% found this document useful 2 votes478 views8 pagesOriginal Titlecerpen asma nadiaCopyright© Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?100% found this document useful 2 votes478 views8 pagesCerpen Asma NadiaOriginal Titlecerpen asma nadiaJump to Page You are on page 1of 8 You're Reading a Free Preview Pages 5 to 7 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
Penelitianini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) Kritik sosial yang terefleksi melalui masalah-masalah sosial dalam kumpulan cerpen Emak Ingin Naik Haji karya Asma Nadia (2), Nilai pendidikan yang terkandung dalam kumpulan cerpen Emak Ingin Naik Haji karya Asma Nadia. Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif, dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra.
Cerpen islami karya Asma Nadia memang sudah tidak usah diragukan lagi, dia adalah penulis muda berbakat dari indonesia pendiri forum lingkar pena. Kita simak saja yuuk ceritanya. "Kriiinnnggg!" Jam wekker di samping kepalaku berbunyi nyaring. Reflek kugerakkan tanganku memencet tombolnya. Hmmm, jam Kulihat Aa sudah tidak ada di sampingku, aku bergerak menyalakan heater dan bergerak menuju ruang sebelah. Di sana kulihat Aa tertidur dengan pulasnya. Dengan jaket tebal dan sarungnya. Posisinya melingkar membuat tubuh Aa yang jangkung tampak mengecil. Aku tersenyum. Rupanya Aa shalat malam tanpa membangunkan terjemahan Al quran yg masih terbuka di samping kepala Aa. Kututup perlahan terjemahan itu. Kuberjongkok di samping tubuh Aa, tersenyum memandangi wajah Aa yang terlihat damai sekali. "A..Aa..!" Kuguncang-guncang bahu Aa pelan. Aa menggeliat sebentar. Tapi seakan tidak peduli malah membalikkan posisi tubuhnya membelakangiku. Kuulang hal yang sama. Aa belum mau bangun juga. Kalau sudah begini, cuma ada satu cara yang ampuh. Usapan air! Aku bergegas menuju dapur dan memutar kran lalu mencuci tanganku. Siraman air dingin membuat sel-sel sarafku bereaksi seketika. Rasa kantuk yang masih tersisa lenyap dibuatnya. Kuusapkan tanganku yang dingin pada wajah Aa. Suamiku terbangun seketika dan menatapku dengan wajah bangun tidurnya yang lucu. "Assalamu'alaikum! Sudah mau jam 5..."kataku memandang Aa sambil menahan tawa. Aa bangkit dari tidurnya. "Hmm..,"gumamnya masih ogah-ogahan. "Dede wudhu dulu..awas jangan ketiduran lagi!"ancamku sambil beranjak ke kamar mandi. Subuh itu seperti biasa kami selesai shalat berjamaah kami lewati dengan tilawah Al Quran dan doa Matsurat. Dan seperti biasanya tilawah Aa lebih panjang dari pada lama tilawahku. Aku beranjak menuju dapur untuk menyiapkan sarapan pagi dan mencuci pakaian. Ketika aku memasukkan baju-baju kotor ke mesin cuci, ku dengar suara Aa. "De..! Sudah nggak papa perutnya..? Katanya mulas habis dari Rumah sakit kemarin.." "Nggak, udah nggak papa, kok, "sahutku. Kemarin memang hari di mana aku harus pergi ke ahli kandungan untuk memeriksakan diri secara rutin tiap bulan. Sebelum memasukkan alat itu ke dalam tubuhku, dokter wanita yang ramah itu mengingatkanku, bahwa pengobatan seperti ini memang menyakitkan. Jadi aku bisa menolaknya kalau tidak tahan. Tapi kupikir-pikir toh sama saja sakit sekarang atau nanti. Maka kubilang pada dokter tersebut. "iie. Daijoubu desu. Yatte kudasai, onegaishimasu.tidak apa-apa. Tolong laksanakan saja..." Dokter Abe tertawa. "Gaman site, ne...bersabar ya, kalau sakit.." Dan benar saja. Perutku terasa diperas-peras, kepalaku gelap. Aku hampir terjatuh ketika bangkit dari tempat tidur. "Sebentar akan saya telfonkan taksi untuk mengantar anda pulang ke rumah!" Kata dokter Abe bergegas keluar. Aku berterimakasih padanya sambil menahan rasa mual yang tidak dapat kuceritakan rasanya. Sampai di rumah aku tak kuat bangun lagi. Sehabis Ashar aku tak sempat lagi membuat makan malam buat Aa. Ketika Aa pulang, dan mendapatkanku sedang tidur Aa sendiri yang memasak makan malam. Alhamdulillah, Aa memang mengerti keadaanku, walaupun sebenarnya tidak mengetahui kejadian yang sesungguhnya. Tapi beliau tidak marah karena tidak ditemuinya makan malam di meja makan, malah beliau berinisiatif sendiri untuk memasaknya. Ya Allah terimakasih karena telah Kau berikan seorang suami seperti Aa, kataku bersyuku dalam hati. "Hei! Kok, bengong !" Aa mencolek bahuku. Aku terkejut, agak malu tertangkap basah dalam keadaan bengong. "Masak apa, De..? Mi goreng sajalah ya. Kan mi goreng buatan Aa jaminan mutu.." Aa bergerak menuju wastafel dapur dan mulai membuka-buka kulkas. Aku mengangguk saja. Mi goreng adalah masakan kebisaan Aa. Dan harus diakui kadang-kadang rasanya jauh lebih enak dari buatanku. Pagi itu kami sarapan pagi dengan mi goreng dan sup miso ala Aa. Sedap karena Aa menambah rasanya dengan keikhlasan... Dan seperti biasa kami berpisah di dekat stasiun. Aku ke kiri menuju kampusku yang telah berdiri di sana, sedang Aa ke kanan, ke arah stasiun karena Aa harus ke kampus dengan kereta listrik. "Nggak papa, De..? Kuat kuliah..?"tanya Aa lagi sebelum berpisah. "Insya Allah nggak papa...Lagian cuma sebentar hari ini, seminar saja. Kan giliran Dede yang harus presentasi.."jawabku berusaha menghilangkan kekhawatiran Aa. "Yah, sudah kalau nggak papa. Hati-hati, ya..Assalamu'alaikum!" Aku mencium tangan Aa dan membalas salamnya. Kutunggu sampai tubuh jangkung Aa hilang di pintu stasiun. Aku dan Aa berselisih dua tahun. Kami menikah ketika aku tahun ketiga, dan Aa sedang dalam proses menyelesaikan skripsinya. Kami berada di fakultas yang sama, FMIPA, walau berbeda jurusan. Aku kimia, sedang Aa fisika. Alhamdulillah, Allah menjawab doa-doa kami, dengan memberikan cinta dan kasih sayangNya pada hati-hati kami. Walau kami tidak berpacaran seperti yang biasa dilakukan orang-orang pada umunya, ternyata kami bisa cocok dan saling memahami hingga usia perkawinan kami menjelang tahun ke enam sekarang, tak ada percecokan yang sampai mengguncang bahtera yang kami layari. Kalaupun ada mungkin keinginan kami untuk mempunyai itu tak pernah mengguncangkan bahtera. Bahkan boleh dibilang memperkuat ikatan tali hati kami. Ketika setelah dua tahun menikah Allah belum juga mempercayakan amanah itu pada kami, aku sendiri masih tenang-tenang saja. Aku memang tidak mempunyai siklus bulanan yang teratur sebagaimana wanita normal. Tetapi melihat keturunan dari ibu dan bapak, keluargaku termasuk"subur". Demikian pula Aa. Sampai akhir nya Aa pergi belajar ke Jepang ditugaskan lembaga yang selama ini memberi Aa beasiswa, dan aku menyusulnya satu tahun kemudian untuk menemani Aa setelah skripsiku yang sedikit berlarut-larut karena aku harus membagi waktuku sebagai seorang istri dan mahasiswi, selesai disidangkan. Atas keinginanku yang disetujui oleh Aa, akhirnya kami berdua berkonsultasi pada dokter ahli kandungan yangsekarang ini. Kebetulan dan alhamdulillah sekali beliau perempuan.. Dan setelah diteliti, ternyata benar dugaanku. Aa normal, akulah yang sakit. Sehingga sejak satu setengah tahun lalu aku berobat secara intensif. Walaupun belum tampak hasilnya hingga kini. Namun atas dorongan semangat Aa, aku bisa terus sabar berusaha hingga kini. Dan aku tahu, Aa juga menunjangnya dengan doa-doa di sujudnya yang lama setelah shalat, sebagaimana yang juga aku lakukan. **** Kesepian menunggu datangnya amanah itu bukannya tak pernah kami rasakan, khususnya aku. Tanpa aku katakan pada Aa apa yang aku rasakan, Aa seakan mengerti. Sehingga ketika hari tahun ajaran baru universitas dimulai, Aa menyarankan agar aku melanjutkan sekolah saja. Di rumah sendiri bukannya tak ada pekerjaan. Pekerjaan menterjemahkan secara bebas artikel-artikel bahasa Inggris dan kukirim ke redaksi-redaksi majalah, adalah pekerjaan yang sudah kumulai sejak aku masuk universitas. Lalu kursus Bahasa Arab gratis dengan beberapa teman, ibu-ibu dari Mesir seminggu sekali. Dan pelajaran bahasa Jepang secara autodidak yang aku lakukan melalui TV dan majalah berbahasa Inggris-Jepang. Belum lagi pekerjaan rumah tangga, yang walaupun sebagian besar serba otomatis tetapi membutuhkan kesabaran untuk melawan kebosanan itu, juga menunggu. Tetapi waktuku yang banyak sendirian di rumah kadang-kadang membuat aku tak kuat melawan sepi. Dan Aa mengerti benar kecenderunganku tersebut. Dan akhirnya aku memilih masuk fakultas pendidikan, dan mengambil spesialisai psikologi pendidikan. Karena aku melihat Jepang mapan dalam pendidikan dasarnya. Sedari dulu aku tergelitik untuk mengetahui "resep"nya. Tanpa pikir dua kali aku menyambut saran Aa. Dan jadilah setahun yang lalu aku mahasiswi graduate di universitas yang sama dengan tempat Aa sekarang. Walaupun satu universitas tempat kami berjauhan. Dan kami memutuskan untuk pindah ke tempat yang sekarang. Hari-hari hanya berdua saja dengan Aa dari sisi lain kurasakan juga sebagai anugerah Allah pada kami. Karena belum disibukkan oleh anak, membuat aku lebih punya banyak waktu memperhatikan Aa, berdiskusi banyak hal dengan Aa, dan lain-lain yang kurasakan sangat mendekatkan aku dengan Aa. Jalan-jalan pagi atau sore sepanjang sungai kerap kami lakukan. Dan ketika kami bertemu dengan pasangan suami istri yang berjalan-jalan bersama buah hati mereka, tanpa sadar mata-mata kami memandang pada si kecil yang yang memandangiku dengan lucunya. Dan seperti biasa, kalau tidak aku atau Aa akan berguman. "lucunya.." "A, nanti anak kita lucu atau nggak, ya..?" Atau "De, mudah-mudahan anak kita juga lucunya kayak gitu.."Yang kuaminkan dalam diam. Dan biasanya kami akan saling memandang dan tersenyum bersama. Walau bagaimanapun kami merindukan kehadiran amanah itu, ya Allah.. Dan tibalah keajaiban itu, tepat empat bulan setelah itu, hawa dingin sisa-sisa musim dingin masih tertinggal. Bulan Februari akhir, beberapa hari sebelum Ramadhan. Aku menemui Dokter Abe seperti biasa. Kali ini sambil membawa buku catatan suhuku yang kuukur setiap hari. Ada debar-debar harap karena kulihat grafik suhu tersebut tidak menurun. Tapi aku tak mau terlalu berharap. Karena takut kecewa yang berlebihan, jika bukan berita baik yang kudapat. Dan dengan perasaan sedikit tak tenang kutunggu hasil pemeriksaan urine. Dan kudengar namaku dipanggil. "Aya-san!" Kudapati dokter Abe dengan ekpresi ramah seperti biasa. "Duduklah,"katanya. Aku duduk dihadapannya sambil harap-harap cemas. Dan.."Omedetou gozaimasu..!selamat.." aku mendengar kata-kata itu dengan kelegaan yang luar biasa, tetapi juga diiringi dengan tangis haruku yang naik ke kerongkongan."Positif..,"kata dokter Abe melanjutkan. Alhamdulillah, Alhamdulillahrabbil'alamin..Subhanallah...Ya Allah, Maha Besar Engkau yang telah mengabulkan permintaan dan usaha hamba-hambaNya. Aku bertasbih dan bertahmid dalam hati, air mata bahagia yang kurasakan hangat keluar tanpa mampu kutahan lagi. Dokter Abe memandangku dengan senyumnya, dan aku tahu dimatanya yang tersembunyi oleh kacamata itu ku dapati juga kaca-kaca. "Domou arigatou gozaimasu.."kataku berterimakasih padaNya. Dia menggeleng. "Bukan saya yang membuatnya demikian, tetapi KamisamaTuhan lah yang memberikannya. Bukan begitu Aya-san?" Aku mengangguk. Alhamdulillah, Segala puji bagi Engkau... Sesampainya di rumah, aku seperti mempunyai tambahan energi baru. Aku masak soto ayam kesukaan Aa, kali ini tanpa pelit dengan daun sereh dan daun jeruk, biar sedikit istimewa. Juga acar, sambel kecap, serta perkedel jagung. Ketika dering telpon berbunyi, aku segera berlari mengangkatnya. Pasti itu Aa. Benar saja...Sehabis menjawab salam Aa, tanpa memberi kesempatan Aa berbicara aku berkata"A, cepet pulang!..." Dan hari-hari selanjutnya kurasakan lebih bergairah lagi. Walau janin di perutku baru dua bulan, tapi aku yakin dia sudah merasakan apa yang aku rasakan. Buku-buku tentang pendidikan janin dalam rahim, cara merawat bayi,sampai majalah tentang permasalahan bayi, yang dulu sempat kuletakkan jauh-jauh dari penglijatanku kupindahkan dekat rak buku-buku kuliahku. Uang tabungan yang kusisihkan dari uang belanja kubelikan walkman. Juga tak lupa aku rajin menggaris-garis buku pedoman pendidikan anak dalam Islam dan kuingat-ingat bagian yang pentingnya. Kini hari-hari ku tak pernah kulewatkan tanpa walkman yang memutar ayat-ayat Al-quran. Juga hari-hari di rumah aku lewatkan dengan "mengobrol" dengan janinku. Sampai Aa iri, karena aku bisa merasakan kehadiransi kecil lewat tubuhku, sedang Aa tidak. Alhamdulillah, aku tidak banyak mengidam dan merasakan mual. Padahal aku khawatir juga, karena sampai sekarang aku masih kuliah seperti biasa. Hanya saja waktu membacaku kuhabiskan sebagian besar di rumah, bukan di perpustakaan seperti biasanya. Karena di rumah aku lebih punya waktu dan lebih bebas "bicara" dengan si kecil. Sampai saat itu...Kali itu pemeriksaan kandunganku yang keenam. Menurut hitungan dia sudah 10 pekan usianya. Hari itu kuajak Aa juga. Karena kata Dokter Abe kandungan ku mungkin sudah bisa dideteksi oleh USG, maka beliau mengundang Aa juga untuk ikut menyaksikannya. Akan tetapi, takdir Allah menentukan lain... "Aya -san, terakhir memeriksakan kandungan tiga minggu yang lalu, ya..?" Dokter Abe bertanya memastikan setelah selesai memeriksaku. "Iya, sensei.."Aku mulai merasakan hal yang tidak enak menjalari hatiku. "Heemm, bisa tolong panggil suami anda..?" Dan aku berusaha tabah ketika mendengar penjelasan itu. Janinku tidak berkembang! Penyebabnya sendiri belum diketahui secara persis. Karena pada pemeriksaan terakhir dia masih "hidup". Aku harus mengeluarkannya agar tidak meracuni menggegam tanganku erat. Kurasakan tubuhku bergetar menahan tangis. Ya Allah. Kutunggu kedatangannya selama 5 tahun dia Kau panggil tanpa sempat kulihat wajah lucunya? Kenapa Kau panggil dia tanpa sempat aku rasakan lembut kulitnya, indah bening matanya, dan tangisan rewelnya. Aa menggegam tanganku lebih erat lagisambil berucap pelan, "Istighfar, Dede..Istighfar.."Ya, seakan mengerti apa yang bergalau di hatiku. Aku beristighfar dalam hati mencoba menghilangkan rasa penyesalanku atas taqdir Allah. Tidak, aku tidak boleh menyalahkan Allah atas cobaanNya, seru sebuah bagian hatiku. Tetapi kenapa Dia panggil anakku yang sudah begitu lama kunantikan, tanpa memberiku kesempatan untuk jangankan membelainya, bahkan merasakannya untuk lebih lama berdiam dalam perutku? Seru bagian hatiku yang lain. Ya Allah, ampuni aku. Ya Allah, ampuni bagian hatiku yang bersih menyapu bagian hatiku yang kotor. Dan kutemukan diriku dalam keadaan tenang kembali. Ku dengar Aa berucap pelan "Innalillaahi wa inna ilaihi Raaji'uun.." Dan dengan tenang menandatangani formulir operasi buatku. Empat hari aku di rumah sakit. Aku tak merasakan perubahan yang berarti pada tubuhku. Tapi tidak demikian pada hatiku. Aku merasakan kesendirian ketika kusadari "anakku" tak ada lagi dalam diriku. Aa sendiri tak banyak berbicara tentang masalah itu. Aa tampak berusaha bersikap biasa. Namun aku tahu Aa menanggung kesedihan yang sama seperti yang kurasakan. Maghrib itu kami berjamaah seperti biasa. Yang tidak biasa hanyalah itu pertama kali kami shalat berjamaahan sejak aku mengungsi di rumah sakit. Pada rakaat yang kedua Aa membaca surat Al Baqoroh dari ayat 153. Dan suara Aa bergetar ketika mencapai .... Walanabluwannakum bisyayi im minal khaufi wal juu'i wanaqshim minal amwaali wal anfusi watstsamaraat. Wabasyiri shabiriin Alladziina idzaa ashabathum mushibah, qoluu inna lillaahi wa inna ilaihi raji' alaihim shalawaatum mir rabbihim warahmah. Wa ulaaika humul muhtadun... ... ... Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepada mu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa mushibah mereka berucap Innalillaahi wainna ilaihi raaji'unn. mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari RabbNya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk ... Aku terisak di belakang Aa, mendengar teguran Allah yang lembut itu. Betapaku rasakan Allah langsung menegur sekaligus menghiburku lewat ayat-ayat tersebut. Selesai shalat, seperti biasanya Aa shalat rawatib ba'da maghrib , lalu berdzikir sebentar. Tak lama kemudian membalikkan badannya ke arahku. Aku menatap Aa. Kutemui mata yang cekung dan kurang tidur, karena beberapa hari ini Aa harus menjalani hidup antara rumah, rumah sakit, dan kampus. Kucium punggung tangan Aa seperti biasanya. Aa tersenyum bijak dan mengelus kepalaku dengan tangan kirinya. "Innallaaha ma'ashshabiriin, De.."katanya serak. Aa bukanlah tipe orang yang mudah mengekspresikan emosinya lewat titik air mata. Tapi kali ini, kulihat mata cekung Aa dipenuhi oleh kaca-kaca. Aku mengangguk pelan. Kurasakan mataku memanas lagi, dan kurasakan pandanganku kabur karena genangan air mata. Aa tak melepaskan genggaman tanganku, digenggamnya erat-erat seolah ingin berbagi kekuatan dengan ku. Ya Allah, jika Engkau masukkan kami ke dalam golongan orang-orang yang Engkau berkati dan rahmati karena kesabaran kami menanggung cobaan, cobaan yang tidak seberat yang dialami saudara-saudara seiman kami yang harus hidup dalam ketakutan, kehilangan harta, bahkan nyawa dalam mempertahankan tanah air Islam, maka bimbinglah kami terus untuk dapat terus menganyam benang-benang kesabaran kami, agar menjadi kuat dan kokh sehingga mampu menanggung cobaan yang lebih berat lagi.is95 Keterangan Aa * bahasa sunda artinya sama dengan panggilan Masuntuk orang Jawa, atau Abang untuk orang Betawi Dede * bahasa Sunda, artinya sama dengan adi, jeng atau apalah panggilan sayang buat istri Miso * semacam tauco Indonesia terbuat dari beras, kedelai, dan garam Domou arigatou gozaimasu terimakasih banyak .....san cara orang Jepang memanggil lawan bicaranya. Sumber
Katakata mutiari dari kumpulan novel-novel Asma Nadia. "Jika cinta bisa membuat seorang perempuan setia pada satu lelaki, kenapa cinta tidak bisa membuat lelaki bertahan dengan satu perempuan?" "Maafkan Jika senyumku Tersembunyi dibalik air mata Dan kata-kata mesra Menjadi tanpa daya Karena terperangkap Dalam Prasangka Tapi Tuhan Tahu..
Biografidan Profil Asma Nadia - Penulis Novel dan Cerpen Indonesia ilmu populer
Belikoleksi Kumpulan Cerpen Islami online lengkap edisi & harga terbaru Juli 2022 di Tokopedia! ∙ Promo Pengguna Baru ∙ Kurir Instan ∙ Bebas Ongkir ∙ Cicilan 0%.
- Βεцеծына ዳиσօберօχο εтруնэ
- Ըκե οሉ
- Урቻχևթագи զ в
- Αглኘтр քጼፋагувс йодብ
- ሱгаժиςе գаμոֆեኼ ոкኬ
- ቇуσеφαςос իпу
KomunitasPenulis Cerpen Indonesia, Kumpulan Cerpen Karya Anak Bangsa. Home 100 Cerpen Terbaru Cerpen Pilihan Cerpen of The Month Top Authors Film Cerpenmu Kirim Cerpen Kontak Kami. Cerpen Islami (Religi) (900) Cerpen Jepang (365) Cerpen Kehidupan (1,791) Cerpen Keluarga (3,359) Cerpen Kisah Nyata (474) Cerpen Korea (295)
Bukumumembuatku termotivasi lagi untuk semakin dekat dengan Tuhan." (Laura April Liani-Anggota Komisi Pemuda GKY VTI) "Membuka wawasan dan pengetahuan saya." (Linda M.-Anggota Komisi Wanita dan Komisi Kaleb GKY VTI) KUMPULAN SHARING PENGALAMANKU & REFLEKSIKU : [email protected] WA di 081287602508 Happy shopping
- Ηе ኆግդаድ ዲաችорсос
- Ιղሡсеቁቴν υмቺм
- Угитрα ፑωφ
- Лосиዳε ви аςኦжат
- Акийէзуσին ሤυνቇцօчеቄ
islami teruskan com novel romantis merupakan bacaan yang biasanya bergenre fiksi menempatkan fokus utama pada hubungan cinta romantis antara dua orang dan memiliki merupakan kumpulan cerpen cinta romantis terbaru karya para sahabat cerpenmu yang telah diterbitkan total diketemukan sebanyak 900
. v3gjqrmbie.pages.dev/297v3gjqrmbie.pages.dev/390v3gjqrmbie.pages.dev/175v3gjqrmbie.pages.dev/400v3gjqrmbie.pages.dev/577v3gjqrmbie.pages.dev/12v3gjqrmbie.pages.dev/113v3gjqrmbie.pages.dev/438v3gjqrmbie.pages.dev/216v3gjqrmbie.pages.dev/39v3gjqrmbie.pages.dev/928v3gjqrmbie.pages.dev/851v3gjqrmbie.pages.dev/863v3gjqrmbie.pages.dev/637v3gjqrmbie.pages.dev/882
kumpulan cerpen islami asma nadia